pangondian blog's

ora et labora

Minggu, 13 Februari 2011

Beberapa Terobosan dan Inovasi Balitbang PU

Berbagai hal dilakukan oleh Balitbang PU untuk terus mengadakan terobosan-terobosan sebagai inovasi baru dalam berbagai lingkup pekerjaan ke-PU-an dan Permukiman, guna mendukung percepatan pembangunan infrastruktur dengan teknologi yang lebih maju dan lebih aman.

Antara lain Balitbang PU terus mengoptimalkan pemuktahiran aplikasi Indonesia National Road Geotechnical Database (INROG) pada jalan-jalan nasional, sebuah sistem yang dirancang untuk mendeteksi lokasi tebing-tebing yang rawan longsor sehingga perlu segera ditangani.
Direncanakan sistem INROG ini dapat diakses dengan mudah termasuk melalui SMS (short message service).

Inovasi lain adalah dalam ikhtiar peningkatan pemanfaatan Aspal Buton. Terdapat deposit 650 juta ton aspal Buton di Pulau Buton Sulawesi Tenggara, yang menjadi sumber aspal yang dapat memenuhi kebutuhan aspal dalam negeri sampai 300 tahub lamanya dengan masing-masing penggunaan 2 juta ton pertahun.

Disimpulkan keuntungan pemakaian asbuton :
  1. Stabilitas perkerasan lebih tinggi, cocok untuk jalan tol;
  2. Lebih tahan untuk retak;
  3. Deformasi rendah, kekakuan tinggi;
  4. Asbuton menghemat ketebalan perkerasan hingga 22 %;
  5. Memiliki produksi sampingan dengan manfaat besar spt light oil, bentonit, mineral (phospate dan kapur).

Inovasi lain adalah teknologi Sand Base untuk mengurangi ketergantungan pada agregat standar yang sulit didapatkan pada daerah-daerah pasiran yang minim aggregat dan memiliki kandungan kuarsa yang tinggi.

Hasil penelitiannya adalah :
  1. Spesifikasi dan metode aplikasi kuarsa sebagai bahan pondasi pada perkerasan lentur;
  2. Tergantikannya hingga 90% aggregat standar untuk kebetuhan perkerasan lentur (Lapis pondasi kelas A dan B), dengan kinerja yang sama;
  3. Meningkatnya efesiensi biaya konstruksi perkerasan lentur hingga 30% pada daerah-daerah minim aggregat.

Lainnya adalah teknologi Penanganan Tanah Ekspansif, yakni tanah atau batuan yang kandungan lempungnya memiliki potensi kembang-susut akibat perubahan kadar air.
Hasil penelitian yang diperoleh :
  1. Konstruksi penanganan tanah ekspansif menggunakan geomembran vertikal dengan menggunakan material pengisi galian berupa selected material dan semen slurry;
  2. Penggunaan geogrid untuk melawan retak refleksi pada tanah ekspansif;
  3. Konstruksi sheetpile beton sebagai penanggulangan instabilitas timbunan di tanah.
Sehubungan dengan itu direkomendasikan :
  1. Geomembran vertikal lebih cocok diterapkan pada pembangunan jalan baru;
  2. Membran vertikal sebaiknya diterapkan pada jalan ekskisting dengan timbunan kurang dari 1,5 m;
  3. Semen slurry sebagai material pengisi pada galian dimaksud agar tidak diperlukan lagi pemadatan;
  4. Geogrid sebagai penahan retak refleksi yang sudah terjadi pada jalan eksisting, masih dalam tahap pemantauan kinerjanya;
  5. Hasil pemantauan kadar air, penggunaan geomembran vertikal berhasil dalam mengurangi fluktuasi kadar air di bawah badan jalan;
  6. Konstruksi sheetpile untuk penanganan instabilitas pada timbunan tanah ekspansif masih dalam tahap pemantauan.
Diadakan pula penelitian tentang pemanfaatan kombinasi rumput Vetiver dan Bahia untuk mengurangi resiko erosi lereng pada konstruksi maupun opersional pemeliharaan jalan. Hasil penelitian adalah : kombinasi rasio 50% : 50% merupakan kombinasi untuk mengurangi erosi lereng; dan menurunkan tingkat erosi hingga 8 kali, dibandingkan hanya menggunakan rumput vertiver saja.

Beberapa hasil penelitian masih banyak dan seperti dikutip pada Majalah Lintas (Majalah Infrastruktur dan Transportasi) edisi 11 tahun 2010.